Curahan Hati: “Saya merasa ini adalah tugas saya untuk melakukan sesuatu dan mendukung para perempuan di komunitas kami”
Tanggal: Kamis, 26 November 2024
Interview oleh: Inggita Notosusanto

Nursinah, seorang ibu tunggal berusia 46 tahun dari Desa Samili di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, adalah seorang pejuang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Ia bekerja sebagai fasilitator Program Keluarga Berencana dan konselor remaja pada Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Kabupaten Bima. Karena terinspirasi oleh program Kampo Mahawo (Desa Damai) yang diikutinya, yang diinisiasi oleh Wahid Foundation, La Rimpu, dan Lembaga Pengembangan Partisipasi Demokrasi dan Ekonomi Rakyat (LP2DER) dan didukung oleh UN Women dan Korea International Cooperation Agency (KOICA), ia bersama rekan-rekannya mendirikan Seruni, sebuah kelompok perempuan yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan dan pemuda di desanya.
Di Samili, perempuan sering menghadapi tantangan berat. Kami diremehkan, suara kami diabaikan dalam pertemuan komunitas, dan banyak dari kami yang merasa terintimidasi untuk menyampaikan pendapat atau ide kami.
Hal itu mulai berubah ketika saya mengikuti program Kampo Mahawo pada Juli 2024. Selama pelatihan, yang dilaksanakan pada bulan Agustus, saya belajar bagaimana menjadi seorang fasilitator desa yang efektif. Pada bulan Oktober, kami telah mendirikan Seruni, kelompok perempuan pertama di desa kami.
Pelatihan tersebut telah mengajarkan saya tentang hambatan yang dihadapi perempuan dan peran yang dapat dimainkan oleh fasilitator untuk mengatasinya, terutama dalam bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Saya juga memiliki kepercayaan diri untuk mendiskusikan masalah-masalah ini secara terbuka dan menyampaikan ide-ide saya kepada kepala desa - sebuah langkah yang belum pernah saya ambil sebelumnya.
Mengapa saya begitu bersemangat terkait dengan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak? Samili menghadapi banyak kasus kekerasan terhadap perempuan dan penyiksaan anak. Saya merasa ini adalah tugas saya untuk mengambil tindakan dan mendukung perempuan di komunitas kami.
Melalui program Kampo Mahawo, saya juga memperoleh pemahaman mendalam tentang kebijakan publik yang secara langsung memengaruhi kehidupan perempuan di Samili. Pengetahuan ini sangat penting dalam mendorong kami menciptakan perubahan yang berarti.
Setelah pelatihan, kami mendirikan sebuah kelompok perempuan yang diberi nama Seruni, atau bunga krisan. Seruni beranggotakan perempuan yang memahami perjuangan komunitas kami. Bersama-sama, kami memberikan pelatihan keterampilan untuk membantu perempuan dan pemuda memiliki keterampilan baru, menciptakan peluang ekonomi, dan menjadi lebih mandiri. Keanggotaan kami mencakup perempuan, ibu rumah tangga, pemuda, dan individu dengan disabilitas. Kami bekerja sama untuk membangun komunitas yang lebih kuat dan saling mendukung di antara anggota masyarakat di Samili.
Kampo Mahawo (Desa Damai) adalah program UN Women bekerjasama dengan Wahid Foundation dan La Rimpu di Kabupaten Bima, yang didukung oleh Korea International Cooperation Agency (KOICA). Dilaksanakan di lima desa di Bima, program ini difokuskan untuk menghubungkan isu kemanusiaan, pembangunan, dan perdamaian.
Aktivitas Nursinah berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 5 tentang kesetaraan gender dan pemberdayaan semua perempuan dan anak perempuan, dan SDG 16, yang mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif.