UN Women works with the Government and civil society on training to protect women and children from conflicts in Aceh, Indonesia

Date:

English | Bahasa Indonesia

Aceh training group photo
Government officials from the Aceh Provincial Office, civil society organizations, and youth leaders in Aceh, Indonesia, received two-day training on protecting women and children’s rights during social conflict on15 July 2022. Photo: UN Women/Madona Antonia Carini

Banda Aceh, Indonesia – Government officials and members of civil society groups in Indonesia’s Aceh province have learned in a UN Women-supported workshop how they can work together to put into action a Regional Action Plan on Protection and Empowerment of Women and Children in Social Conflict.

The Governor of Aceh recently approved the plan, which is aligned with the National Action Plan on Women, Peace and Security for 2020-2025.

The Ministry of Women Empowerment and Child Protection, UN Women Indonesia and AMAN (The Asian Muslim Action Network) Indonesia jointly organized the two-day workshop, which ended today in the provincial capital. 

Workshop participants included representatives of key government agencies: the Aceh Provincial Office for Women Empowerment and Children Protection; Provincial Office for Social Affairs, Village Government and Community; and Counter-terrorism Coordination Forum. They also included members of women’s, youth and other civil society groups, and religious leaders – they all need to be a part of more equitable and inclusive peacebuilding efforts. 

Trainers from UN Women and AMAN Indonesia presented the international instruments on the Women, Peace and Security agenda, including the United Nations Sustainable Development Goals. 

Youth representative presenting
Youth representative presented the group discussion on strategies and tactics women used in a documentary to mobilize public support during the training on 14 July 2022. Photo: UN Women/Hosianna Rugun Anggreni

Workshop participants identified how conflicts specifically affected women and children in Aceh and how the regional action plan should meet their needs. They urged the provincial government to allocate a sufficient budget to implement the regional action plan and promote gender equality and peace as a key priority. They recommended establishing effective monitoring and evaluation systems and working with civil society to implement the plan and collectively achieve sustainable and inclusive peace in Aceh. 

The participants also discussed how women can help build peace and prevent violent extremism. The national action plan highlights the issue of violent extremism, along with other current challenges to the security of women and girls, such as disinformation and hate speech online. Several provinces including Aceh have also been working on regional action plans against the threats of violent extremism and radicalization, which have worsened during the COVID-19 pandemic. 

“The prompt response of the Government of Aceh in finalizing its Regional Action Plan on Women, Peace and Security demonstrates its commitment to upholding women and children’s rights in social conflict,” said Valentina Gintings, Assistant Deputy for the Protection of Women’s Rights, Ministry of Women’s Empowerment and Child Protection. “Now it’s time to turn these commitments into implementation so that women and children are fully protected from violence and empowered to become agents of peace.” 

Nevi Ariyani, Head of Aceh Provincial Office for Women Empowerment and Children Protection, said: “The regional action plan in Aceh is a blueprint for all stakeholders to act upon their roles strategically to offset the disproportionate impact of social conflict on women and girls, among other marginalized groups. We hope the implementation will increase active participation of women and women’s organizations to ensure women and children’s rights are protected through prevention, mitigation, and empowerment.” 

UN Women supported the workshop as part of its regional project Empowering Women for Sustainable Peace: Preventing Violence and Promoting Social Cohesion in ASEAN, funded by the Governments of Canada and the Republic of Korea.
 

For more information, please contact:

Xinyue Gu, Communications Officer, UN Women Indonesia
[ Click to reveal ]

Ministry of Women’s Empowerment and Child Protection 
Bureau of Law and Public Relations
Telp.& Fax (021) 3448510
e-mail: humas@kemenpppa.go.id 
website: www.kemenpppa.go.id 

 

English | Bahasa Indonesia

UN Women bekerja sama dengan Pemerintah dan organisasi masyarakat dalam pelatihan perlindungan perempuan dari konflik di Aceh, Indonesia

Tanggal: Jumat, 15 Juli 2022

Aceh training group photo
Pejabat dari Pemerintahan Provinsi Aceh, organisasi masyarakat sipil dan tokoh anak muda di Aceh, Indonesia, mengikuti pelatihan selama dua hari tentang perlindungan hak perempuan dan anak selama konflik sosial pada 15 Juli 2022. Photo: UN Women/Madona Antonia Carini

Banda Aceh, Indonesia – Pejabat pemerintah dan anggota organisasi masyarakat sipil di Provinsi Aceh, Indonesia, telah mengikuti workshop yang didukung oleh UN Women tentang kemitraan untuk pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial.

Gubernur Aceh baru-baru ini mensahkan Rencana Aksi Daerah (RAD) yang sejalan dengan Rencana Aksi Nasional Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial (RAN P3AKS) 2020-2025

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, UN Women Indonesia dan AMAN (The Asian Muslim Action Network) Indonesia bersama-sama menyelenggarakan workshop selama dua hari yang berakhir hari ini.

Peserta workshop ini, antara lain, perwakilan dari dinas pemerintah: Dinas Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Provinsi Aceh, Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT). Turut serta dalam workshop yaitu kelompok perempuan, anak muda dan kelompok masyarakat sipil lainnya, dan tokoh agama – yang partisipasinya penting sebagai bagian dari upaya pembangunan perdamaian yang lebih setara dan inklusif.

Fasilitator dari AMAN Indonesia dan UN Women juga mempresentasikan instrumen internasional dalam agenda Perempuan, Perdamaian dan Keamanan (WPS), termasuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Youth representative presenting
Perwakilan anak muda mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang strategi dan siasat yang digunakan perempuan dalam dokumenter tentang memobilisasi dukungan publik pada sesi pelatihan 14 Juli 2022. Photo: UN Women/Hosianna Rugun Anggreni

Peserta workshop mengidentifikasi bagaimana konflik memiliki dampak gender terhadap perempuan dan anak di Aceh dan bagaimana RAD dapat menjawab kebutuhan tersebut. Mereka juga berdiskusi bagaimana pemerintah daerah dapat mengalokasikan dana untuk melaksanakan RAD dan mendorong kesetaraan gender dan perdamaian sebagai prioritas utama. Mereka merekomendasikan dibentuknya sistem monitoring dan evaluasi yang efektif, serta bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil untuk implementasi RAD dan bersama mewujudkan perdamaian yang inklusif dan berkelanjutan di Aceh.

Peserta juga berdiskusi bagaimana perempuan dapat berperan membangun perdamaian dan mencegah ekstremisme kekerasan. Rencana Aksi Nasional menekankan isu ekstremisme kekerasan dan tantangan lainnya terhadap keamanan perempuan dan anak perempuan saat ini, termasuk disinformasi dan ujaran kebencian online. Beberapa provinsi termasuk Aceh juga telah menyusun rencana aksi daerah pencegahan dan penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme, yang memburuk selama pandemi COVID-19.

“Respons cepat dari Pemerintah Provinsi Aceh memfinalisasi Rencana Aksi Daerah Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (RAD P3AKS) menunjukkan komitmen pemerintah daerah untuk mendorong perlindungan dan pemenuhan hak perempuan dan anak dalam situasi konflik sosial,” ucap Valentina Ginting, Asisten Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan dalam Rumah Tangga dan Rentan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. “Sekarang saatnya mengubah komitmen menjadi aksi agar perempuan dan anak terlindungi dari kekerasan dan berdaya untuk menjadi agen perdamaian.”

Nevi Ariyani, Kepala Dinas Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Provinsi Aceh, mengatakan “Lahirnya RAD P3AKS di Aceh menjadi panduan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk mengambil peran strategis untuk mengatasi dampak tidak proporsional dari konflik sosial terhadap perempuan dan anak perempuan, di antara kelompok marginal. Harapan kami, implementasi dari rencana aksi daerah ini dapat meningkatkan partisipasi aktif perempuan dan organisasi perempuan untuk memastikan hak-hak perempuan dan anak terlindungi melalui pencegahan, penanganan dan pemberdayaannya.”

Pelatihan ini didukung oleh UN Women sebagai bagian dari proyek regional “Empowering Women for Sustainable Peace: Preventing Violence and Promoting Social Cohesion in ASEAN” yang didanai oleh Global Affairs Canada dan Pemerintah Republik Korea.
 

Untuk informasi lebih lanjut dan korespondensi media dapat menghubungi:

Xinyue Gu, Communications Officer, UN Women Indonesia
[ Click to reveal ]

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
BIRO HUKUM DAN HUMAS
Telp.& Fax (021) 3448510
e-mail: humas@kemenpppa.go.id 
website: www.kemenpppa.go.id