Pendapat Saya, Aneng Sugiyarti: Kami hidup damai dalam komunitas yang beragam
Tanggal: Selasa, 10 Desember 2024
Interview oleh: Inggita Notosusanto

Aneng Sugiyarti, 45 tahun, adalah seorang ibu dari dua anak, dan warga Kampung Baru Cina di Desa Tajurhalang, Depok, Jawa Barat, Indonesia. Ia merupakan peserta aktif dalam program Desa Damai, sebuah inisiatif dari Wahid Foundation yang didukung oleh UN Women dan Pemerintah Belanda. Desanya memiliki keunikan dalam keberagaman, dengan penduduk dari berbagai latar belakang etnis dan agama, yang berbeda dengan mayoritas populasi Melayu Muslim di Depok. Melalui program Desa Damai, ia berhasil memotivasi tetangganya yang berbeda keyakinan untuk ikut serta dalam kegiatan komunitas, terlibat dalam kegiatan sosial dan menjaga kerukunan. Salah satu inisiatif program unggulan, Imah Tentrem (Rumah Damai), yang dirancang untuk menangani isu-isu masyaraka
Desa saya dihuni oleh orang-orang dari berbagai latar belakang etnis dan agama. Seperti namanya, “Kampung Baru Cina,” desa ini dihuni banyak warga keturunan Tionghoa. Di antara kami ada yang beragama Islam, Konghucu, Buddha, dan Kristen. Di tempat lain, perbedaan ini sering kali menjadi pemicu konflik dan perpecahan di masyarakat. Namun di kampung kami, meskipun ada perbedaan ini, kami hidup berdampingan secara harmonis. Ketika ada acara keagamaan atau budaya, kami saling membantu dan turut serta di dalamnya.
Kerukunan yang saya rasakan di komunitas menginspirasi saya untuk mendorong tetangga dari semua latar belakang untuk bergabung dalam program Desa Damai yang dilaksanakan oleh Wahid Foundation dengan dukungan UN Women. Saya melihat bahwa di desa-desa lain masih ada ketidakpercayaan yang mendalam antara orang-orang dari agama dan kelompok etnis yang berbeda, sehingga penting untuk bersikap pro aktif dalam menjaga masyarakat yang damai dan menghormati keberagaman.
Tahun ini, program Desa Damai mengadakan tiga pertemuan yang berfokus pada deteksi dini terhadap pandangan keagamaan ekstrem yang dapat mengancam kerukunan warga dan penguatan inisiatif kerja sama di komunitas. Program ini juga memberikan peluang berharga untuk membekali keterampilan penting seperti berbicara di depan umum. Sebelum bergabung dengan program ini, saya pemalu dan pendiam, tetapi pelatihan ini membantu saya membangun rasa percaya diri dan mendorong saya turut bersuara di forum publik. Setelah mengikuti beberapa pelatihan Wahid Foundation, saya mampu menerapkan apa yang saya pelajari baik dalam kerja komunitas maupun untuk mengembangkan usaha kecil saya.
=Kami juga mendirikan sebuah kelompok untuk menangani isu-isu penting di masyarakat, yang kami beri nama Imah Tentrem (Rumah Damai), terdiri dari sekelompok relawan yang merupakan peserta aktif program Desa Damai dan beroperasi dengan dukungan dari aparat desa setempat. Saat kami berkumpul, kami berbagi tantangan yang kami hadapi dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan saran dan dukungan moril dari anggota lain. Saya mengundang tetangga saya yang berasal dari keturunan Tionghoa untuk bergabung dan terlibat dalam kegiatan kami. Bersama-sama, kami berhasil menyelesaikan berbagai masalah melalui kolaborasi dengan para pemimpin desa.

Saat ini, salah satu tantangan terbesar di komunitas kami adalah konflik kekerasan di antara para pelajar. Saya percaya kami dapat mengatasi masalah ini dengan memperkuat praktik deteksi dini sambil terus mendukung para pemimpin desa dalam patroli dan upaya intervensi mereka.
Ke depannya, saya berharap kami dapat memperluas kegiatan kami hingga ke tingkat RW (Rukun Warga), menyebarkan prinsip dan praktik program Desa Damai ke desa-desa tetangga.
Desa Damai (Peace Village) adalah program yang diinisiasi oleh UN Women bekerja sama dengan Wahid Foundation di Jawa Barat sejak 2017 dan diperpanjang hingga 2024 dengan dukungan dari Pemerintah Belanda. Dilaksanakan di 2 kelurahan di Depok dan 1 desa di Bogor, Jawa Barat, program ini berfokus pada pemberdayaan perempuan dan pembangunan perdamaian untuk mengatasi konflik yang terjadi di masyarakat.
Kerja-kerja Aneng Sugiyarti berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 5 tentang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan anak perempuan, serta TPB 16 yang mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif.