In the words of Lilis Sunarni: Every child deserves the same opportunity to education

Date:

Interviewed by Inggita Notosusanto

ITWO_Lilis
Lilis Sunarni, a preschool teacher, is an active participant of Peace Village in Duren Seribu Village, Depok, West Java, Indonesia. Photo: UN Women/Inggita Notosusanto

English | Bahasa Indonesia

Lilis Sunarni, 40, a mother of two from Duren Seribu village, Depok, West Java, is well-known in her community as the founder of a PAUD (preschool) that charges parents a minimal fee. She also leads a working group (“pokja”) as part of the Desa Damai (Peace Village) program, an initiative by the Wahid Foundation supported by UN Women and the Government of the Netherlands. When a deadly fight broke out between youths from her village and a neighboring one, Lilis collaborated with local authorities to find a constructive solution. 

I started out as a preschool teacher with only a primary school diploma. Folks in my village could not afford the high cost of education for their children, so I started a preschool that only charges rp2000 (USD 0.15) for each visit. After joining the Desa Damai (Peace Village) program and its training sessions, I got an “aha!” moment, and thought, “Why not pursue further education myself?” So, I completed the Package B program (equivalent to junior high school) and the Package C program (equivalent to senior high school). Two days ago, I graduated from UMBARA (University of Muhammadiyah Bogor Raya) with a degree in early childhood education. Finally, I have the necessary college degree to teach my preschool students!  

When working groups were formed in the Desa Damai program, my friends nominated me, saying, “Let’s have Bu Lilis take the lead.” The program has built a network of working groups overseeing areas of health, youth, and children (child forum). In the area of women economic empowerment, Wahid Foundation facilitated the creation of the local women cooperative, Koperasi Cinta Damai, enabling women to access loans that they could not otherwise obtain from traditional banks.  

Thank God everyone works together to ensure we can help provide solutions for problems in our village, such as domestic violence. Previously, people were indifferent or afraid to get involved, worried that they might end up in trouble themselves. But now, they are more confident to step in and mediate. This transformation happened because they have learned about their rights and relevant laws. Knowledge empowered them to speak up. 

ITWO_Lilis_2
Lilis Sunarni leads the working groups of Peace Village in her village, Duren Seribu. Photo: UN Women/Inggita Notosusanto

My wish is to continue growing the preschool because I believe every child deserves equal access to education and I want to help those in need because I know what it’s like to be in their place. 

The Desa Damai (Peace Village) is a program led by UN Women in partnership with the Wahid Foundation in West Java since 2017 and extended until 2024 with support from the Government of the Netherlands. Implemented in villages in Depok and Bogor, West Java, the program focuses on women’s empowerment and peacebuilding to address conflicts that occur in the communities. 

Lilis Sunarni’s work contributes to Sustainable Development Goal (SDG) 5 on gender equality and the empowerment of all women and girls, SDG 4 on inclusive and equitable quality education, and SDG 16, which promotes peaceful and inclusive societies. 

 

Curahan Hati, Lilis Sunarni: Tiap anak berhak atas kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan

Tanggal: Kamis, 26 November 2024

Interview oleh: Inggita Notosusanto

ITWO_Lilis
Lilis Sunarni, seorang guru sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), adalah seorang peserta aktif dari program Desa Damai di Desa Duren Seribu Village, Depok, Jawa Barat, Indonesia. Photo: UN Women/Inggita Notosusanto

English | Bahasa Indonesia

Lilis Sunarni, 40 tahun, seorang ibu dari dua anak dari Desa Duren Seribu, Depok, Jawa Barat, dikenal di komunitasnya sebagai pendiri sebuah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang hanya mengutip biaya minim kepada para orang tua murid. Ia juga memimpin kelompok kerja (pokja) dalam program Desa Damai, sebuah inisiatif dari Wahid Foundation yang didukung oleh UN Women dan Pemerintah Belanda. Ketika terjadi sebuah perkelahian yang memakan korban jiwa antara pemuda di desanya dengan desa tetangga, Lilis bekerja sama dengan pemerintah lokal untuk menemukan solusi yang konstruktif.

Saya mulai sebagai guru PAUD hanya dengan ijazah sekolah dasar. Orang-orang di desa saya tidak mampu membayar biaya pendidikan tinggi untuk anak-anak mereka, jadi saya memulai PAUD yang hanya mengenakan biaya Rp 2000 (USD 0,15) untuk setiap kunjungan. Setelah bergabung dengan program Desa Damai dan mengikuti sesi-sesi pelatihannya, saya mendapatkan momen “aha!” dan berpikir, “Mengapa tidak melanjutkan pendidikan saya sendiri?” Maka, saya menyelesaikan program Paket B (setara SMP) dan Paket C (setara SMA). Dua hari lalu, saya lulus dari UMBARA (Universitas Muhammadiyah Bogor Raya) dengan gelar Sarjana Pendidikan anak usia dini. Akhirnya, saya memiliki gelar sarjana yang diperlukan untuk mengajar siswa PAUD saya!

Ketika kelompok kerja Desa Damai dibentuk, teman-teman saya mencalonkan saya dengan berkata, “Mari kita pilih Bu Lilis untuk memimpin.” Program ini telah membangun jaringan kelompok kerja yang menangani bidang kesehatan, pemuda, dan anak-anak (forum anak). Di bidang pemberdayaan ekonomi perempuan, Wahid Foundation memfasilitasi pembentukan koperasi perempuan lokal, Koperasi Cinta Damai, yang memberikan akses pinjaman bagi Perempuan yang sebelumnya sulit diperoleh dari bank.

Alhamdulillah, semua orang bekerja sama untuk membantu mencari solusi atas masalah di desa kami, seperti kekerasan dalam rumah tangga. Sebelumnya, orang-orang tidak peduli atau takut untuk terlibat karena khawatir akan terkena masalah. Namun kini, mereka lebih percaya diri untuk turun tangan dan menengahi. Perubahan sikap ini terjadi karena mereka telah belajar tentang hak-hak mereka dan hukum yang relevan. Pengetahuan membuat mereka berani bersuara.

ITWO_Lilis_2
Lilis Sunarni memimpin kelompok kerja Desa Damai di desanya, Duren Seribu. Photo: UN Women/Inggita Notosusanto

Keinginan saya adalah terus mengembangkan PAUD ini karena saya percaya setiap anak berhak mendapatkan akses ke pendidikan yang setara, dan saya ingin membantu mereka yang membutuhkan karena saya tahu rasanya berada di posisi mereka.

Desa Damai (Peace Village) adalah program yang diinisiasi oleh UN Women bekerja sama dengan Wahid Foundation di Jawa Barat sejak 2017 dan diperpanjang hingga 2024 dengan dukungan dari Pemerintah Belanda. Dilaksanakan di 2 kelurahan di Depok dan 1 desa di Bogor, Jawa Barat, program ini berfokus pada pemberdayaan perempuan dan pembangunan perdamaian untuk mengatasi konflik yang terjadi di masyarakat.

Kerja-kerja Lilis Sunarni berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 5 tentang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan anak perempuan, TPB 4 tentang pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, serta TPB 16 yang mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif.